6 Juni 2014

[FilmReview] Maleficent (2014)

Halooo
Sudah berpuluh-puluh dongeng yang dikeluarkan Disney yang menghiasi masa kecil kita. Beauty and the Beast, Snow White, Cinderella, Sleeping Beauty, dan lain-lain. Dan boleh dibilang kalau dongeng-dongeng Disney adalah dongeng-dongeng sepanjang masa. Kisah-kisah penuh pesan bagi anak-anak, sangat kuat bercokol dalam pikiran kita. Bagi saya sendiri, tokoh Disney adalah tokoh nyata di masa kecil. Waktu kecil, saya selalu yakin kalau putri Aurora, pangeran Philip, troll, peri-peri itu benar-benar ada di kehidupan nyata entah di negara mana.

Mungkin banyak yang merasakan hal yang sama dengan saya. Dan saya yakin banyak juga yang merasakan sensasi nostalgia luar biasa saat menyaksikan beberapa tokoh disney ditampilkan dalam bentuk lebih nyata. Okay selesai curhatnya, back to review.

Jadi ceritanya, saya melihat trailer film ini pertama kali di bulan Maret. Maleficent adalah tokoh penyihir (jahat) yang ada dalam dongeng Sleeping Beauty atau Putri Tidur. Sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang lebar, dongeng ini menceritakan tentang seorang putri kerajaan yang dikutuk menjadi batu tidur seperti orang mati pada malam ulang tahunnya yang keenam belas, dan hanya dapat dihilangkan kutukannya oleh ciuman cinta sejati. Tapi nama penyihir jahat itu tidak pernah diberi tahu di dongeng putri tidur. Karena itu saya juga baru tahu tentang Maleficent setelah googling sehabis nonton trailernya.

Fans Sudah Dewasa, Cerita Lebih Kompleks

Seperti saya katakan sebelumnya, dongeng-dongeng disney begitu melekat sejak masa kecil. Hanya saja masalahnya, masa kecilnya saya itu sekitar tahun 90-an. Walt Disney sendiri sudah meninggal sejak tahun 1966. Jadi para fans tokoh Disney adalah orang-orang yang seumuran saya, alias sekarang sudah dewasa. Kecuali, orang tua yang ada sekarang masih mendongengkan dongeng yang sama untuk anak-anak mereka. Tapi kayaknya sih, anak sekarang lebih suka dongeng CJR atau dongeng Kau Yang Berasal Dari Bintang. 

Sepertinya karena alasan ini pulalah Disney menyasar pasar yang sama dengan di tahun 90an. Di film Maleficent, Disney menampilkan tokoh antagonis yang hanya diingiat sebagai 'sang penyihir' pada dongeng sebelumnya. Disney ingin menunjukkan bahwa tokoh pure evil dalam dongeng tersebut ternyata memiliki sisi humanis yang menarik untuk dijadikan film. Dongeng masa kecil yang sederhana dengan adanya tokoh baik dan jahat, dibuat lebih kompleks mengikuti perkembangan fans yang semakin dewasa. Hal serupa yang dilakukan pada film Snow White and The Huntsman, sayangnya endingnya mudah ditebak karena alur masih sama dengan dongeng lamanya.

Cerita yang Sama dengan Awal dan Ending yang Berbeda

Secara garis besar, Maleficent memiliki cerita yang sama dengan Sleeping Beauty. Hanya saja di film ini, dimulai dengan kisah Maleficent kecil (Isobelle Molloy) di Moor, hutan tempat tinggalnya. Maleficent adalah seorang peri kuat yang bersahabat dengan seluruh penghuni Moor. Di Moor, tidak ada ratu dan raja, kehidupan alam berjalan begitu saja selaras dengan kehidupan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya. Suatu ketika, Maleficent kecil bertemu dengan seorang anak manusia bernama Stefan yang nantinya menjadi Raja pengganti Raja Henry. Stefan kecil berteman dekat dengan Maleficent kecil, dan diam-diam ternyata mencuri hatinya. Hingga saat mereka berusia 16 tahun, terjadilah first kiss yang diyakini oleh Maleficent sebagai ciuman cinta sejati.

Waktu terus bergulir hingga mereka masing-masing tumbuh dewasa. Maleficent tumbuh menjadi peri hebat yang anggun, perasaan dan perangainya masih sama dengan saat ia masih kecil, tetap menjaga Moor agar terhindar dari kerusakan. Sementara Stefan, berubah menjadi seorang yang ambisius karena terkontaminasi oleh sifat-sifat manusia yang ada di sekitarnya. Hingga pada suatu saat, setelah Raja Henry menyerang Moor, Stefan mengkhianati Maleficent dengan memotong sayapnya. Peristiwa inilah yang mengawali dendam Maleficent sehingga ia mengutuk anak Stefan (Putri Aurora).

Cerita selanjutnya sama persis dengan dongeng yang sudah diceritakan, hanya di film ini semua dibuat real. Jarum pintal, tiga peri yang menjadi bibi Aurora, dan lain-lain benar-benar ditampilkan untuk memuaskan nostalgia para fans. Tapi ending cerita ini sedikit berbeda dengan dongengnya. Ciuman cinta sejati yang membebaskan kutukan Aurora ternyata bukan datang dari Pangeran Philip, meskipun ia sudah mencobanya. Sepertinya ciuman cinta sejati mainstream tidak lagi menjadi favorit Disney dalam ending film-filmnya. Seperti di Frozen yang ternyata cinta sejati datang dari Elsa kakaknya. Dan jujur, justru bagi saya yang sudah dewasa, ending seperti ini menjadi lebih manis dan bermakna.

Enjoyable! 

Akhirnya setelah film usai, saya merasa sangat puas. Ending yang berbeda, dengan sedikit peristiwa ironis di akhir juga membuat saya sangat terhibur. Plot cerita bisa membuat saya bernostalgia masa kecil, efek-efek yang ditampilkan tidak lebay, bumbu humor yang ditambahkan juga segar. Akting Angelina Jolie, Elle Fanning, Isabelle Molloy sangat baik di film ini. baik Aurora kecil maupun remaja mampu membuat saya menahan nafas. Ini adalah salah satu film nostalgia yang sangat menghibur. Totally recommended.

rating : 4/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar