10 Mei 2014

[FilmReview] Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014)

Halooo
Sejak setelah divergent, sebenarnya ada beberapa film yang pengen banget saya review. Tapi belum sempet-sempet, dan akhirnya mungkin udah basi kalau mau direview, hehe. Beberapa film itu adalah Amazing Spiderman 2 yang truly amazing, Transcendence yang bikin dahi berkerut2, dan beberapa film lama yang baru saya tonton.

Dan setelah siang tadi saya menyempatkan untuk menonton film drama Indonesia yang sudah lama saya tunggu-tunggu, Sebelum Pagi Terulang Kembali, baru saya benar-benar merasa bersalah tidak mereview film-film yang saya tonton. Karena ternyata review adalah salah satu juga cara kita untuk ikut andil menyukseskan sebuah karya, film atau apapun itu.

Sebelum Pagi Terulang Kembali (SPTK) adalah sebuah film besutan Lasja F. Susatyo yang sebelumnya pernah membuat film dengan tema yang sama berjudul Kita Vs Korupsi (K Vs K). Begitu melihat trailernya pertama kali di bulan Maret, saya langsung mencatat tanggal tayang perdana film ini. Selain karena trailernya yang sangat apik, porternya yang artistik, saya juga tergiur oleh cast yang terera.

Nama Adinia Wirasti menjadi jaminan film ini akan menjadi film berkualitas. Kita tahu kalau pemeran AADC dan Arisan! 2 ini selalu pilih-pilih tawaran main film. Maria Oentoe, Alex Komang, dan Nungki Kusumastuti, juga membuat saya semakin penasaran dengan film yang perdana 8 Mei ini. Dan ternyata dugaan saya tidak salah, film ini adalah film drama Indonesia yang sangat berkualitas. Baik dari pesan yang disampaikan, kualitas akting, artistik, skenario, sampai ke penataan musik.

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga dengan Yan (55 tahun-poster) (Alex komang) sebagai kepala keluarga. Yan menikah dengan Ratna (Nungki Kusumastuti) dan memiliki tiga orang anak. Ketiga anak mereka ini mengalami nasib yang beragam: Firman (Teuku Wisnu), pengangguran yang baru cerai dengan istrinya, Satria (Fauzi Baadila), kontraktor muda yang sukses dan ambisius, serta Dian (Adinia Wirasti), mantan sekretaris dan calon istri Hasan (Ibnu Jamil), seorang anggota DPR muda yang haus kekuasaan. Yan bekerja di Departemen Perhubungan, dan pada awalnya keluarga kecil ini adalah keluarga yang aman, damai sentosa.



Konflik dimulai ketika Yan mengerjakan proyek pembangunan pelabuhan di Dephub, dan meminta tolong Satria untuk membenahi proposal yang dibuatnya. Satria kemudian dibujuk Hasan untuk meminta jatah proyek tersebut dari ayahnya. Yan adalah seorang PNS yang lurus, ia tidak mau memberikan proyek itu kepada Satria, tetapi Satria berhasil membujuk ayahnya dengan alasan bahwa perusahaannya memiliki kredibilitas, sehingga tidak termasuk dalam kategori nepotisme.

Di tengah jalan pengerjaan proyek, Satria baru menyadari kerakusan Hasan dan kroco-kroconya di Dephub. Firman, yang ikut membantu Satria ngedrop uang karena malas disebut pengangguran terus, juga merasa sebal, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah masuk terlalu dalam.

Konflik utama dalam film ini kemudian dibumbui oleh beberapa konflik yang terkait. Rasanya kalau saya jelaskan disini akan mengurangi keasyikan nonton filmnya, jadi saya skip saja hehe. Kerennya, konflik-konflik lain yang cukup complicated itu dimasukkan ke dalam film tanpa mengubah alur dan plot yang utama, malahan menjadi bumbu yang membuat film ini semakin asyik ditonton.

Perasaan saya campur aduk saat menonton film ini. Antara bangga dengan Yan, jengkel dengan Hasan, kasihan dengan Dian, sampai ikut merasakan dilema Ratna sebagai seorang ibu. Kadang saya pun terpingkal-pingkal dengan joke-joke ringan yang disajikan, macam peristiwa nasi goreng dan sop buntut :D.

Dan saya pun sedih, benar-benar sedih, karena tadi hanya saya sendiri yang menonton film ini di bioskop. Literally. Bukan sedih karena nggak ada temen, tapi sedih karena film sebagus ini tidak mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari permirsa Indonesia. Karena itulah tadi, saya bilang saya merasa bersalah jika saya tidak mereview film ini. Yah mungkin karena bertepatan dengan Marmut Merah Jambu (MMJ) yang diputar berbarengan. MMJ juga mendapat beberapa pujian dari reviewer2.

So, SPTK adalah film berkualitas yang harus ditonton oleh pemirsa Indonesia. Film ini memiliki konten dewasa yang renyah, konfliknya rumit tapi disajikan secara sederhana. Dan di film ini juga kita melihat bahwa skenario dan artistik yang tepat sudah cukup untuk membuat sebuah film yang keren. Congratz buat Cangkir Kopi Production telah berhasil membuat film yang oke banget. Rating 5/5. Outstanding ^^


"Yan..Kamu itu bijaksana. Mana ada orang tua yang nggak mau bantu anaknya? Sedang bulan kalau bisa, pasti Kamu kasih. Tapi benar atau enggak itu cuma Kamu yang tau, Yan." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar