22 Desember 2010

Dilatasi Memori


Malam sudah menunjukkan pukul 00.14. Sepi, di kamar sendiri. Kamar kosan.

Sebenarnya saya sudah tidur sejak pukul 22.00, tidur dengan nyenyak, bahkan mungkin ngorok juga. Tapi tiba-tiba saya terbangun tengah malam. Bukan karena mimpi buruk, seingat saya. Mata saya langsung terbuka saat saya sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, begitu saja. Padahal saya nggak nyuruh loh, beneran deh.

Terbangun saat sedang enak-enaknya tidur memang menyebalkan. Karena, tentu saja, setelah itu akan sulit untuk kembali ke alam mimpi. Begitu juga yang saya alami.
Mata memang terpejam, tapi pikiran berseliweran kemana-mana. Pikiran yang muncul pertama adalah tentang ibu, karena mungkin kemarin adalah hari ibu. Pikiran selanjutnya adalah tentang pernikahan. Selanjutnya terbayang taman indah, lalu bangku kosong, lalu lama-lama jadi terbayang pocong, kuntilanak, genderuwo, dan makhluk-makhluk khayalan lainnya. Begitu terus sepanjang waktu, selama saya memejamkan mata dan tidak tidur. Huff...

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01.31. Saya ternyata sudah lebih dari satu jam melamun.

Merasa kesal dengan bayangan aneh-aneh yang terus berseliweran, saya akhirnya memutuskan untuk ke kamar mandi. Buang air kecil, dan berwudhu. Lalu shalat malam dua rakaat. Selesai shalat, pikiranku kembali melayang-layang. Kali ini, tiba-tiba terlintas pikiran tentang usia saya. Sekarang usia saya adalah 22 tahun lebih sedikit. Artinya sebentar lagi akan 23, 24 dan seterusnya. 

Saya ingat sekali, saat saya kecil, yah..kira-kira usia sekolah dasar, saya selalu ingin cepat besar. Cepat menjadi orang dewasa (dalam konteks usia, bukan pemahaman, karena saya waktu kecil mana ngerti sih tentang pemahaman dewasa, hehe). Hal serupa juga didengungkan oleh saudara dan orang tua saya, dengan mengatakan "ayo ndi...cepet gede, biar bisa anu..bisa anu.." (anu, adalah hal-hal yang hanya bisa dilakukan atau didapatkan saat kita dewasa-red). So, saya yang waktu itu masih sangat hijau pun ngebet ingin cepat gede, cepat dewasa. Yah..usia 18-lah.

Hal yang paling tidak disukai manusia pada umumnya adalah menunggu. Sehingga wajar, saat itu waktu berjalan terasa sangat lamaaaaaa sekali. Padahal waktu itu relatif tetap. 1 jam 60 menit, 1 menit 60 detik, dan satuan detik pun sudah ditetapkan menjadi satuan tetap untuk besaran pokok waktu. Artinya, 1 detik di Indonesia akan sama dengan 1 detik di Eropa, Amerika, dan belahan dunia lainnya.

Sekarang, "tidak terasa" saya sudah berusia 22 tahun. Sudah lewat kira-kira 10-12 tahun dari pemikiran ingin cepat besar. Sekarang, saya dengan keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun tidak akan berpikiran "ingin cepat besar" lagi. Justru sebaliknya, saya saat ini berpikiran dan bertanya-tanya, kenapa waktu berjalan sangat cepat?. Hingga pada malam tadi, saya berpikir..rasanya baru kemarin masuk SMAKBO, rasanya baru kemarin masuk IPB, baru kemarin ngurusin Expo, baru kemarin masuk Crebs. Kenapa semua itu terasa cepat?

Beranjak dari landasan demikian, pikiran saya melayang pada teori Dilatasi Waktu yang ditemukan Einstein. Dilatasi waktu (pemelaran waktu) adalah salah satu dari empat pokok teori relativitas. Pokok-pokok yang lainnya adalah pemendekkan panjang, perubahan massa, dan hubungan antara energi dengan massa (berhubung saya bukan ahli fisika, mohon dibetulkan kalau ada yang salah).

Hubungan antara waktu, kecepatan cahaya, dan kecepatan benda bergerak menurut Einstein kira-kira seperti ini : waktu setelah benda bergerak adalah waktu awal dibagi akar dari satu negatif kecepatan benda dikuadratkan dibagi dengan kecepatan cahaya dikuadratkan. Secara matematis, formulanya sebagai berikut :
Jadi, kalau menurut Einstein, jika ada suatu pesawat ruang angkasa bergerak dari bumi dengan kecepatan 0,7 x kecepatan cahaya pada tahun 2010, maka seratus tahun berikutnya di bumi, pesawat tersebut sesungguhnya baru melewati masa hidup 71,4 tahun. Artinya, waktunya "melar" selama 38,6 tahun. Perjalanan yang dirasa awak pesawat baru berjalan 71 tahun, ternyata sudah berjalan 100 tahun. Awak pesawat tersebut akan merasa kehidupan berjalan lebih cepat dari yang seharusnya lebih lama.

Mungkin begitu juga yang saya rasakan. Kehidupan yang saya lewati 22 tahun ini berjalan dengan sangat cepat. Sehingga saya sempat berpikir, bahwa kehidupan saya pun mengalami dilatasi. Tapi, karena saya seumur hidup belum pernah bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka mungkin yang sedang bergerak adalah memori saya (iseng). Nah, jika saya tadi bilang, rasanya baru kemarin dari saat saya berharaap untuk cepat besar (kira-kira 10 tahun yang lalu). Berarti memori waktu kehidupan yang saya alami "melar" dari 10 tahun menjadi 1 hari. Dengan konversi 1 hari adalah 0.0027 tahun, maka saya iseng menghitung memori saya berjalan dengan berapa kali kecepatan cahaya.

Setelah dihitung dengan komplemen dari formula sebelumnya, sekarang saya mencari  v sebagai kecepatan memori saya. Dan didapatkan nilai 0.99996 x kecepatan cahaya, atau 1.079.956.800 km/jam. Whuuuusssshhhh......cepat sekali bukan? Bukan tidak mungkin, akan lebih cepat lagi kalau pernyataannya diganti. Misalnya, "Wah, kaya baru semenit yang lalu". Nah, untuk itu silahkan dihitung sendiri.

Setelah pikiran iseng itu lewat, saya kembali terpekur dan merenung sebelum kembali memejamkan mata. Seandainya saja benar waktu kehidupan saya sudah "melar" begitu lama. Sehingga saya merasa seakan-akan waktu hidup saya hanya sebentar, padahal berjalan sangat lama, maka penyesalan tidak akan ada artinya. Penyesalan akan kesalahan yang sudah dilakukan selama hidup hanya dapat digunakan sebagai bahan pelajaran dan evaluasi, juga bahan untuk bertobat. Selanjutnya, sesungguhnya saya sedang berlomba-lomba dengan waktu dan memori untuk terus memberi arti untuk mengisi hidup saya. Karena ini hanya iseng, maka  bolehlah saya namakan tulisan ini Dilatasi Memori, yang artinya pemelaran memori, sama dengan salah satu judul novel yang saya sangat suka. Oh...jadi ngantuk.
Lalu saya pun kembali tertidur pulas...
Sempat melirik jam dinding, pukul 03.15.

1 komentar:

  1. Keren bgt..dalam waktu sekejap gnp udah mikir sbgtu kompleksnya..:)
    ga simpel, cerdas..
    nice to meet you pals..

    BalasHapus